Dasar-dasar Manajemen
Konsep Dasar Manajemen Pendidikan
1.
Kerangka Konsep
Manajemen
Shrode
Dan voich (1986) menyatakan bahwa kerangka dasar manajemen meliputi”Philosophy,
Asumtions, Principles, and theory which are basic to the study of any disiplineof management”. Secara sederhana dikatakan bahwa
falsafah merupakan pndangan atau persepsi tentang kebenaran yang
dikembangkan dari berpikir praktis. Falsafah ini dijadikandasar untuk membuat asumsi, dan prinsip-pinsip yang
yang dihubungkan dengan kerangkaatau garis besar untuk bertindak. Oleh karena
itu maka falsafah, asumsi, prinsip maupunteori tentang manajemen merupakan
landasan manajerial yang perlu dipahami.
Keterkaitandiantara manajemen , flsafah, asumsi maupun teori digambarkan dengan
diagram sebagai berikut :
Kerangka Konsep Dasar
Manajemen
2.
Deskripsi Konsep
a. Esensi Falsafah
Manajemen.
Setiap
jenis pengetahuan termasuk pengetahuan manajemen mempunyai ciri-ciriyang spesifik mengenai apa (ontologi), bagaimana (epistimologi), dan untuk
apa(aksiologi) pengetahuan manajemen tersebut disusun.Dalam pengetahuan manajemen, falsafah pada hakikatnya menyediakanseperangkat
pengetahuan untuk berpikir efektif dalam memecahkan masalah manajemen.Pemahaman falsafah manajemen secara sistemik dapat
menjadi alat untuk meramalkandan mengendalikan peristiwa atau gejala yang
muncul dalam praktik menejerial. Bagiseorang manajer perlu pengetahuan tentang
kebenaran manajemen, asumsi, yang telahdiakui, dan nilai-nilai yang telah
ditentukan. Dengan harapan akhir adalah terciptnyakepuasan dalam
melakukan pendekatan sistematik ketika praktik manajemen.
b. Esensi Teori Manajemen
Teori manajemen mempunyai peran penting dalam membantu menjelaskan perilaku
organisasi yang berkaitan dengan motivasi, produktivitas, dan kepuasan. Teori-teori menajemen dapat dikalsifikasikan menjadi tiga
yaitu teori klasik, teori neoklasik dan toeri modern.
Teori klasik memiliki
pilar-pilar yaitu:
1. Pembagian Kerja
2. Proses Fungsi-fungsi
3. Struktur
4. Pengawasan
Teori Neoklasik
terkait dengen pendekatan perilaku yang membahasa tentang:
1. Teori Kebutuhan
2. Teori Kepribadian dan
Organisasi
Teori
Modern dengan pengembangannya sehingga memiliki konsep-konsep kegiatantentang:
1. General System
2. Contigency Pimpinan
3. Hubungan bagian dalam
sistem dan lingkungan
c. Esensi Prinsip Manajemen
Prinsip-prinsip dalam manajemen bersifat lentur dalam arti bahwa perludipertimbangkan
sesuai dengan kondisi-kondisi khusus dan situasi-situasi yang berubah.Menurut Henry Fayol,
seorang pencetus teori manajemen yang berasal dari Perancis, prinsip-prinsip
umum manajemen ini terdiri dari:
1. Pembagian kerja (Division of work)
2. Wewenang
dan tanggung jawab (Authority and responsibility)
3. Disiplin(Discipline)
4. Kesatuan perintah (Unity of command )
5. Kesatuan pengarahan (Unity of direction)
6. Mengutamakan
kepentingan organisasi di atas kepentingan sendiri
7. Penggajian pegawai
8. Pemusatan (Centralization)
9. Hirarki (tingkatan)
10. Ketertiban (Order )
11. Keadilan
dan kejujuran
12. Stabilitas
kondisi karyawan
13. Prakarsa ( Inisiative)
14. Semangat
kesatuan, semangat korps
Adanya
prinsip-prinsip tersebut memiliki arti penting dalam praktik manajemenantara
lain:
1. Menentukan cara/metode kerja
2. Pemilihan pekerjaan dan pengembangan keahlian
3. Pemilihan prosedur kerja
4. Menentukan batas-batas tugas
5. Mempersiapkan dan membuat spsifikasi tugas
6. Melakukan diklat
7. Menentukan sistem dan imbalan.
Dan prinsip-prinsip
tersebut dimaksudkan untuk meningkatkan produktifitas kerja yang efektif dan
efesien.
d. Kegiatan Praktik
Manajerial
Fungsi
manajemen adalah elemen-elemen dasar yang akan selalu ada dan melekatdi dalam proses manajemen yang akan dijadikan acuan oleh manajer dalammelaksanakan kegiatan untuk mencapai tujuan. Fungsi manajemen pertama kalidiperkenalkan
oleh seorang industrialis Perancis bernama Henry Fayol pada awal abadke-20. Ketika itu, ia menyebutkan lima fungsi manajemen, yaitu merancang,mengorganisir,
memerintah, mengordinasi, dan mengendalikan. Namun saat ini, kelimafungsi
tersebut telah diringkas menjadi empat, yaitu:
1.
Perencanaan (planning)
adalah memikirkan apa yang akan dikerjakan dengansumber
yang dimiliki. Perencanaan dilakukan untuk menentukan tujuan perusahaansecara keseluruhan dan cara terbaik untuk memenuhi tujuan itu.
Manajer mengevaluasi berbagai rencana
alternatif sebelum mengambil tindakan dankemudian
melihat apakah rencana yang dipilih cocok dan dapat digunakan untuk memenuhi tujuan
perusahaan. Perencanaan merupakan proses terpenting dari semuafungsi manajemen karena tanpa perencanaan,
fungsi-fungsi lainnya tak dapat berjalan.
2.
Pengorganisasian
(organizing)
dilakukan
dengan tujuan membagi suatu kegiatan besar menjadi kegiatan-kegiatan yang
lebih kecil. Pengorganisasian mempermudahmanajer
dalam melakukan pengawasan dan menentukan orang yang dibutuhkanuntuk
melaksanakan tugas-tugas yang telah dibagi-bagi tersebut. Pengorganisasiandapat
dilakukan dengan cara menentukan tugas apa yang harus dikerjakan, siapayang
harus mengerjakannya, bagaimana tugas-tugas tersebut dikelompokkan, siapayang
bertanggung jawab atas tugas tersebut, pada tingkatan mana keputusan harusdiambil.
3.
Pengarahan (directing)
adalah suatu tindakan untuk mengusahakan agar semuaanggota kelompok
berusaha untuk mencapai sasaran sesuai dengan perencanaanmanajerial dan
usaha-usahaorganisasi.Jadi actuating artinya
adalah menggerakkanorang-orang agar mau
bekerja dengan sendirinya atau penuh kesadaran secara bersama-sama
untuk mencapai tujuan yang dikehendaki secara efektif. Dalam hal iniyang
dibutuhkan adalah kepemimpinan (leadership)
4.
Pengevaluasian
(evaluating )
adalah proses
pengawasan dan pengendalian performa perusahaan
untuk memastikan bahwa jalannya perusahaan sesuai dengan rencanayang
telah ditetapkan. Seorang manajer dituntut untuk menemukan masalah yang adadalam operasionalperusahaan, kemudian memecahkannya sebelum masalah itumenjadi semakin
besar.
e. Sumber Daya Pendidikan
Banyak sumber daya manajemen yag terlihat dalam organisasi atau lembaga pendidikan.
Ada bebrapa pokok pikiran yang penting dalam pandangan sumber daya pendidikan ini, yaitu :
Banyak sumber daya manajemen yag terlihat dalam organisasi atau lembaga pendidikan.
Ada bebrapa pokok pikiran yang penting dalam pandangan sumber daya pendidikan ini, yaitu :
Ø Sumber daya yang paling penting dalam manajemen pendidikan adalah SDM.
Ø SDM mempunyai hubungan yang positif dengan produktivitas dan pertumbuhanorganisasi, kepuasan
kerja, kekuatan dan profesionalitas manajerial
Ø Persoalan utama dalam pembinaan SDM adalah etos kerja.
Karakteristik Manajemen Pendidikan
Karakteristik manajemen pendidikan sekolah meliputi:
Karakteristik manajemen pendidikan sekolah meliputi:
1.
Perencanaan dan pengembangan sekolah;
2. Iklim
budaya sekolah;
3. Harapan
yang tinggi untuk berprestasi;
4.
Pemantauan terhadap kemajuan sekolah;
5.
Kepemimpinan kepala sekolah;
6.
Pengembangan guru dan staf;
7. Penguatan
kapasitas sekolah;
8.
Keterlibatan orang tua dan masyarakat;
9.
Keterlibatan dan tanggungjawab siswa;
10.
Pengahargaan dan intensif;
11. Tata
tertib dan kedisiplinan.
Glasser,
dalam bukunya yang kedua, The Quality School Teacher memberi pesan
kepada kita bahwa sedikitnya ada enam syarat yang harus dipenuhi sebuah sekolah
agar menjadi sekolah berkualitas. Keenam syarat tersebut adalah sebagai
berikut:
1. Harus ada lingkungan kelas yang hangat dan mendukung.
Tanpa adanya jalinan yang akrab antara semua warga sekolah (guru, siswa, staf, dan karyawan lain) tidak bias dihasilkan tugas-tugas sekolah yang berkualitas, dan lebih dari semua itu harus terbangun saling percaya/kepercayaan.
2. Siswa harus selalu diminta untuk melakukan hal-hal yang berguna.
Tidak boleh ada siswa yang diminta untuk melakukan hal-hal yang tidak masuk akal, seperti mengingat atau menghafal (secara berlebihan). Apa pun yang mereka kerjakan, harus ada manfaatnya – secara praktis, estetis, intelektual, atau pun sosial.
3. Siswa selalu diminta untuk mengerjakannya sebaik mungkin sesuai dengan kemampuannya.
Ini berarti siswa harus diberi kesempatan yang memadai untuk dapat mengerjakan tugas-tugasnya agar pekerjaannya berkualitas. Mereka sebenarnya sudah biasa diberi tugas, tetapi bukan belajar, dan hampir tidak pernah berusaha melakukan pekerjaan yang berkualitas.
4. Siswa diajari dan diberi kesempatan mengevaluasi pekerjaan mereka sendiri, kemudian diminta untuk meningkatkannya.
Mengevaluasi sendiri adalah hal yang paling sulit diterapkan, tetapi penting dilakukan untuk mencapai perbaikan yang konstan dalam usaha siswa menghasilkan pekerjaan berkualitas.
5. Pekerjaan yang berkualitas selalu terasa menyenangkan.
Sungguh menyedihkan melihat sangat sedikit siswa yang merasa nyaman dalam pelajaran-pelajaran mereka sekarang. Bukan hanya siswa yang merasa senang jika mereka berhasil mengerjakan sesuatu dengan berkualitas, guru dan orangtua pun merasa senang memerhatikan proses itu.
6. Pekerjaan berkualitas tidak pernah bersifat merusak.
Tidak berkualitas namanya, jika meraih perasaan senang dengan cara memakai obat adiktif atau merugikan orang lain, makhluk hidup, benda milik orang lain, atau lingkungan.
Tanpa adanya jalinan yang akrab antara semua warga sekolah (guru, siswa, staf, dan karyawan lain) tidak bias dihasilkan tugas-tugas sekolah yang berkualitas, dan lebih dari semua itu harus terbangun saling percaya/kepercayaan.
2. Siswa harus selalu diminta untuk melakukan hal-hal yang berguna.
Tidak boleh ada siswa yang diminta untuk melakukan hal-hal yang tidak masuk akal, seperti mengingat atau menghafal (secara berlebihan). Apa pun yang mereka kerjakan, harus ada manfaatnya – secara praktis, estetis, intelektual, atau pun sosial.
3. Siswa selalu diminta untuk mengerjakannya sebaik mungkin sesuai dengan kemampuannya.
Ini berarti siswa harus diberi kesempatan yang memadai untuk dapat mengerjakan tugas-tugasnya agar pekerjaannya berkualitas. Mereka sebenarnya sudah biasa diberi tugas, tetapi bukan belajar, dan hampir tidak pernah berusaha melakukan pekerjaan yang berkualitas.
4. Siswa diajari dan diberi kesempatan mengevaluasi pekerjaan mereka sendiri, kemudian diminta untuk meningkatkannya.
Mengevaluasi sendiri adalah hal yang paling sulit diterapkan, tetapi penting dilakukan untuk mencapai perbaikan yang konstan dalam usaha siswa menghasilkan pekerjaan berkualitas.
5. Pekerjaan yang berkualitas selalu terasa menyenangkan.
Sungguh menyedihkan melihat sangat sedikit siswa yang merasa nyaman dalam pelajaran-pelajaran mereka sekarang. Bukan hanya siswa yang merasa senang jika mereka berhasil mengerjakan sesuatu dengan berkualitas, guru dan orangtua pun merasa senang memerhatikan proses itu.
6. Pekerjaan berkualitas tidak pernah bersifat merusak.
Tidak berkualitas namanya, jika meraih perasaan senang dengan cara memakai obat adiktif atau merugikan orang lain, makhluk hidup, benda milik orang lain, atau lingkungan.
Merujuk pada pemikiran Edward Sallis, Sudarwan Danim
(2006) mengidentifikasi ciri-ciri sekolah bermutu, yaitu:
- Sekolah berfokus pada upaya untuk mencegah masalah yang muncul , dengan komitmen untuk bekerja secara benar dari awal.
- Sekolah memiliki investasi pada sumber daya manusianya, sehingga terhindar dari berbagai “kerusakan psikologis” yang sangat sulit memperbaikinya..
- Sekolah memiliki strategi untuk mencapai kualitas, baik di tingkat pimpinan, tenaga akademik, maupun tenaga administratif.
- sekolah mengelola atau memperlakukan keluhan sebagai umpan balik untuk mencapai kualitas dan memposisikan kesalahan sebagai instrumen untuk berbuat benar pada masa berikutnya
- Sekolah memiliki kebijakan dalam perencanaan untuk mencapai kualitas, baik untuk jangka pendek, jangka menengah maupun jangka panjang.
- Sekolah mengupayakan proses perbaikan dengan melibatkan semua orang sesuai dengan tugas pokok, fungsi dan tanggung jawabnya.
- Sekolah mendorong orang dipandang memiliki kreativitas, mampu menciptakan kualitas dan merangsang yang lainnya agar dapat bekerja secara berkualitas.
- Sekolah memperjelas peran dan tanggung jawab setiap orang, termasuk kejelasan arah kerja secara vertikal dan horozontal.
- Sekolah memiliki strategi dan kriteria evaluasi yang jelas.
- Sekolah memnadang atau menempatkan kualitas yang telah dicapai sebagai jalan untuk untuk memperbaiki kualitas layanan lebih lanjut.
- Sekolah memandang kualitas sebagai bagian integral dari budaya kerja.
- Sekolah menempatkan peningkatan kualitas secara terus menerus sebagai suatu keharusan
Faktor ekstern siswa terkait dengan masalah suasana lingkungan belajar, penempatan siswa, pengelompokan siswa, jumlah siswa, dan sebagainya. Masalah jumlah siswa di kelas akan mewarnai dinamika kelas. Semakin banyak jumlah siswa di kelas, misalnya dua puluh orang ke atas akan cenderung lebih mudah terjadi konflik. Sebaliknya semakin sedikit jumlah siswa di kelas cenderung lebih kecil terjadi konflik.
Manajemen kelas yang cocok digunakan dalam sistem
pembelajaran di Indonesia adalah yang sesuai dengan prinsip-prinsip pengelolaan
kelas, seperti yang dikemukakan oleh Djamarah sebagai berikut :
1. Hangat dan Antusias
Hangat dan Antusias diperlukan dalam proses belajar mengajar. Guru yang hangat dan akrab pada anak didik selalu menunjukkan antusias pada tugasnya atau pada aktifitasnya akan berhasil dalam mengimplementasikan pengelolaan kelas.
Hangat dan Antusias diperlukan dalam proses belajar mengajar. Guru yang hangat dan akrab pada anak didik selalu menunjukkan antusias pada tugasnya atau pada aktifitasnya akan berhasil dalam mengimplementasikan pengelolaan kelas.
2. Tantangan
Penggunaan kata-kata, tindakan, cara kerja, atau bahan-bahan yang menantang akan meningkatkan gairah siswa untuk belajar sehingga mengurangi kemungkinan munculnya tingkah laku yang menyimpang.
Penggunaan kata-kata, tindakan, cara kerja, atau bahan-bahan yang menantang akan meningkatkan gairah siswa untuk belajar sehingga mengurangi kemungkinan munculnya tingkah laku yang menyimpang.
3. Bervariasi
Penggunaan alat atau media, gaya mengajar guru, pola interaksi antara guru dan anak didik akan mengurangi munculnya gangguan, meningkatkan perhatian siswa. Kevariasian ini merupakan kunci untuk tercapainya pengelolaan kelas yang efektif dan menghindari kejenuhan.
Penggunaan alat atau media, gaya mengajar guru, pola interaksi antara guru dan anak didik akan mengurangi munculnya gangguan, meningkatkan perhatian siswa. Kevariasian ini merupakan kunci untuk tercapainya pengelolaan kelas yang efektif dan menghindari kejenuhan.
4. Keluwesan
Keluwesan tingkah laku guru untuk mengubah strategi mengajarnya dapat mencegah kemungkinan munculnya gangguan siswa serta menciptakan iklim belajarmengajar yang efektif. Keluwesan pengajaran dapat mencegah munculnya gangguan seperti keributan siswa, tidak ada perhatian, tidak mengerjakan tugas dan sebagainya.
Keluwesan tingkah laku guru untuk mengubah strategi mengajarnya dapat mencegah kemungkinan munculnya gangguan siswa serta menciptakan iklim belajarmengajar yang efektif. Keluwesan pengajaran dapat mencegah munculnya gangguan seperti keributan siswa, tidak ada perhatian, tidak mengerjakan tugas dan sebagainya.
5. Penekanan pada Hal-Hal yang Positif
Pada dasarnya dalam mengajar dan mendidik, guru harus menekankan pada hal-hal yang positif dan menghindari pemusatan perhatian pada hal-hal yang negative. Penekanan pada hal-hal yang positif yaitu penekanan yang dilakukan guru terhadap tingkah laku siswa yang positif daripada mengomeli tingkah laku yang negatif. Penekanan tersebut dapat dilakukan dengan pemberian penguatan yang positif dan kesadaran guru untuk menghindari kesalahan yang dapat mengganggu jalannya proses belajar mengajar.
Pada dasarnya dalam mengajar dan mendidik, guru harus menekankan pada hal-hal yang positif dan menghindari pemusatan perhatian pada hal-hal yang negative. Penekanan pada hal-hal yang positif yaitu penekanan yang dilakukan guru terhadap tingkah laku siswa yang positif daripada mengomeli tingkah laku yang negatif. Penekanan tersebut dapat dilakukan dengan pemberian penguatan yang positif dan kesadaran guru untuk menghindari kesalahan yang dapat mengganggu jalannya proses belajar mengajar.
6. Penanaman Disiplin Diri
Tujuan akhir dari pengelolaan kelas adalah anak didik dapat mengembangkan dislipin diri sendiri dan guru sendiri hendaknya menjadi teladan mengendalikan diri dan pelaksanaan tanggung jawab. Jadi, guru harus disiplin dalam segala hal bila ingin anak didiknya ikut berdisiplin dalam segala hal.
Tujuan akhir dari pengelolaan kelas adalah anak didik dapat mengembangkan dislipin diri sendiri dan guru sendiri hendaknya menjadi teladan mengendalikan diri dan pelaksanaan tanggung jawab. Jadi, guru harus disiplin dalam segala hal bila ingin anak didiknya ikut berdisiplin dalam segala hal.
Artikel:
Manajemen pendidikan
Manajemen pendidikan
Judul: Manajemen pendidikan
Bahan ini cocok untuk Semua Sektor Pendidikan bagian SISTEM PENDIDIKAN / EDUCATION SYSTEM. Nama & E-mail (Penulis): Hidayatur Rahman Saya Mahasiswa di UM Topik: Manajemen Sekolah di Masa Kini Tanggal: 07-06-2007
Manajemen Sekolah di Masa Kini
Dalam era kemandirian sekolah dan era Manajemen Berbasis Sekolah (MBS), tugas dan tanggung jawab yang pertama dan yang utama dari para pimpinan sekolah adalah menciptakan sekolah yang mereka pimpin menjadi semakin efektif, dalam arti menjadi semakin bermanfaat bagi sekolah itu sendiri dan bagi masyarakat luas penggunanya. Agar tugas dan tanggung jawab para pimpinan sekolah tersebut menjadi nyata, kiranya mereka perlu memahami, mendalami, dan menerapkan beberapa konsep ilmu manajemen yang dewasa ini telah dikembang-mekarkan oleh pemikir-pemikir dalam dunia bisnis. Manakala diperdalam secara sungguh-sungguh, kiranya konsep-konsep ilmu manajemen tersebut memiliki nilai (dalam arti values) yang tidak akan menjerumuskan dunia pendidikan kita ke arah bisnis yang dapat merugikan atau mengecewakan masyarakat luas penggunanya. Secara luas, penerapan konsep-konsep ilmu manajemen untuk bidang administrasi sekolah sudah dimulai semenjak dua hingga tiga dekade yang lalu, namun hal tersebut belum cukup mendapat perhatian dari dunia kependidikan di negara kita. Salah satu bukti yang memperjelas pemikiran itu adalah masih langkanya Jurusan Manajemen Kependidikan (Educational Management Department) di perguruan-perguruan tinggi di Indonesia yang membuka program kependidikan (IKIP atau FKIP), sebuah jurusan yang bernaung di bawah IKIP yang bernama AP atau Administrasi Pendidikan (Educational Administration) meski lingkup yang dibahas berbeda dengan bidang atau jurusan Manajemen Kependidikan. Di dalam kelangkaan, manakala jurusan Administrasi Pendidikan ini dapat berkembang, kiranya bahasan tentang cara-cara pengelolaan (atau manajemen) untuk lembaga-lembaga pendidikan (misalnya sekolah) juga dapat berkembang. Jurusan Manajemen Kependidikan yang telah berkembang di beberapa negara itu sendiri kiranya juga merupakan pengembangan dari Jurusan Administrasi Pendidikan, yang dibahas dalam Jurusan Adminidtrasi Pendidikan tersebut antara lain adalah aplikasi konsep-konsep atau model-model manajemen (bisnis) untuk dunia kependidikan, antara lain konsep pengembangan budaya dan iklim organisasional, penerapan konsep transformational leadership, penggunaan konsep TQM, penerapan konsep perencanaan strategik (strategic planning), dan lain sebagainya. Dalam era kemandirian sekolah dan era Manajemen Berbasis Sekolah (MBS) kiranya pemahaman, pendalaman, dan aplikasi konsep-konsep ilmu manajemen yang telah banyak sekali dikembangkan oleh para pemikir di bidang bisnis perlu mendapatkan perhatian para pimpinan sekolah untuk memanajemeni sekolah-sekolah yang mereka pimpin di masa kini. Kesempatan untuk mengembangkan sebuah sekolah hingga menjadi sebuah sekolah yang sungguh efektif kiranya membutuhkan kreativitas kepemimpinan yang memadai. Kreativitas kepemimpinan semacam itu dapat terlihat atau dapat muncul manakala para pimpinan sekolah mampu dan mau melakukan perubahan-perubahan tentang cara dan metode yang mereka pergunakan untuk memanajemeni sekolah. Kemampuan serta kemauan tersebut akan muncul manakala para pimpinan sekolah dapat membuka diri secara luas untuk mencari dan menyerap sumber-sumber yang dapat mendorong perubahan, dan kiranya konsep-konsep dasar untuk melakukan perubahan tersebut tersedia luas dalam bidang di luar bidang pendidikan itu sendiri, yakni bidang manajemen bisnis. Menempuh jalur pendidikan formal bagi para pimpinan sekolah yang sudah lama memimpin sekolah kiranya diperlukan pertimbangan dan pemikiran yang jauh karena menyangkut waktu, menyangkut dana, menyangkut kesempatan, dan lain sebagainya. Melalui jaringan komunikasi untuk bidang kependidikan. |
Komentar:
Dari artikel tersebut saya dapat mengambil kesimpulan bahwa sebuah sekolah bisa menjadi sekolah yang efektif yaitu bisa memberikan manfaat bagi para peserta didik dan sekolah itu sendiri jika dipimpin oleh pemimpin/kepala sekolah yang mempunyai kemampuan dalam memanajemen sekolah tersebut. Kemampuan itu berupa menerapkan ilmu manajemen kependidikan yang pada dasarnya sangat penting dalam sebuah sekolah. Namun saat ini pengajaran mengenai ilmu Manajemen Kependidikan sudah jarang ditemukan, dilihat dari jurusan-jurusan yang ada di banyak perguruan tinggi, jarang yang membuka program diklat Manajemen Kependidikan/Administrasi Pendidikan. Karena hal tersebut, masih banyak sekolah-sekolah yang belum efektif dalam pengelolaannya dikarenakan pemimpinnya yang tidak mengetahui ilmu manajemen kependidikan. Pemimpin sekolah yang baik adalah pemimpin yang mampu dan mau melakukan perubahan-perubahan tentang cara dan metode yang mereka pergunakan untuk memanajemeni sekolah. Kendala saat ini adalah menempuh jalur pendidikan formal bagi para pimpinan sekolah yang sudah lama memimpin sekolah kiranya diperlukan pertimbangan dan pemikiran yang jauh karena menyangkut waktu, dana, kesempatan, dan lain sebagainya.
Dari artikel tersebut saya dapat mengambil kesimpulan bahwa sebuah sekolah bisa menjadi sekolah yang efektif yaitu bisa memberikan manfaat bagi para peserta didik dan sekolah itu sendiri jika dipimpin oleh pemimpin/kepala sekolah yang mempunyai kemampuan dalam memanajemen sekolah tersebut. Kemampuan itu berupa menerapkan ilmu manajemen kependidikan yang pada dasarnya sangat penting dalam sebuah sekolah. Namun saat ini pengajaran mengenai ilmu Manajemen Kependidikan sudah jarang ditemukan, dilihat dari jurusan-jurusan yang ada di banyak perguruan tinggi, jarang yang membuka program diklat Manajemen Kependidikan/Administrasi Pendidikan. Karena hal tersebut, masih banyak sekolah-sekolah yang belum efektif dalam pengelolaannya dikarenakan pemimpinnya yang tidak mengetahui ilmu manajemen kependidikan. Pemimpin sekolah yang baik adalah pemimpin yang mampu dan mau melakukan perubahan-perubahan tentang cara dan metode yang mereka pergunakan untuk memanajemeni sekolah. Kendala saat ini adalah menempuh jalur pendidikan formal bagi para pimpinan sekolah yang sudah lama memimpin sekolah kiranya diperlukan pertimbangan dan pemikiran yang jauh karena menyangkut waktu, dana, kesempatan, dan lain sebagainya.
Comments
Post a Comment